Pages

Sunday, February 3, 2013

#Day17 Ngebolang 1


“450 mas,” kata si agen.
“itu H-3?” tanyaku, “kalo H-2 atau H-1?”tanyanku sebelum si agen menjawab.
“sama mas,” jawabnya

Aku diam sejenak, “kalau 450 berarti sisanya 150 dong,” pikirku “tapi kan aku nggak perlu bingung-bingung lagi dan pasti lebih nyantai,” ujar pikiranku yang lain. “nggak apa-apalah,” akhirnya bisikan-bisikan pikiranku sepakat.

“Tapi semua udah habis, mas, sampe H+5” ujar sang agen seblum aku bilang kalau 450 bukan masalah.

Akhirnya ku langkahkan kakiku untuk bertanya ke tempat lain, namun semua jawaban sama, habis.
“hmmm…. Ngebolang nih jadinya. Nggak ada pilihan lain,” tegasku dalam hati.

Karena belum pernah ngebolang Jakarta-Madura, dua hari sebelumnya aku nyoba buat ngumpulin informasi baik dari temen-temen maupun internet. Alhasil, akhirnya rute yang aku pilih adalah Bekasi-Cirebon, Cirebon-Semarang, Semarang-Surabaya, dan Surabaya-Madura.

Dari informasi yang aku dapat, tempat yang harus aku waspadai adalah terminal Cirebon. Soalnya di terminal tersebut katanya terkenal akan calonya. Selain itu aku pikir tak ada masalah kecuali Semarang. Di semarang ada dua terminal dan aku nggak tahu bis yang dari Cirebon berhenti di terminal yang mana.

Akhirnya ku putuskan berangkat setelah Jum’atan. Menurut perkiraanku, Sabtu sore aku sudah di rumah, dan aku masih sempet buka bareng sama keluargaku sebelum besoknya lebaran. Namun, perkiraanku ternyata meleset. Beberapa kilometer sebelum pintu keluar Cikopo jalanan cukup macet. “Sepertinya malem Minggu baru nyampe rumah,” pikirku.

“yang Cirebon, yang Cirebon,” tiba-tiba teriak kondektur jurusan Cirebon masuk ke bis yang aku tumpangi mencari penumpang.

Tanpa pikir panjang aku pun langsung keluar dan ku lihat bis jurusan Cirebon tidak jauh dari bis yang aku tumpangi. Setelah masuk ke dalam, aku pun begitu kaget karena ternyata penumpang yang ada dalam bis begitu banyak yang berdiri. Aku pun tetap memutuskan untuk ikut bis tersebut karena nggak mungkin aku diam di jalan tol menunggu bis Cirebon yang lebih longgar.

Tidak lama kemudian bis Cirebon (aku lupa nama bis yang sebenarnya) bergerak perlahan dan akhirnya keluar dari Cikopo. Saat itu jam menunjukkan pukul 4 lebih. Namun saat nyampe di Cikampek, jalanan begitu macet. Saking macetnya bis yang aku tumpangi baru bisa bergerak cukup lancar pada pukul 11 malam. Itu pun hanya untuk beberapa saat.

Saat nyampe di Indramayu kira-kira Subuh dan ku lihat jalanan juga macet melebihi macetnya jalanan di Cikampek. Jalur jalan yang seharusnya dua arah, menjadi satu arah. Kendaraan dari arah berlawanan pun nggak bisa gerak. Terlebih setelah para pemudik yang menggunakan sepeda motor dan bemo mulai bermunculan. Jalanan bener-bener terlihat tak karuan. Asap dan debu yang beterbangan pun memperparah kondisi jalanan. Pukul tiga sore akhirnya bis Cirebon nyampe di terminal Cirebon. Perjalanan yang seharusnya hanya enam jam menjadi 24 jam.

Sesampainya di Cirebon aku pun mencari bis jurusan Semarang. Dan Alhamdulillah jalanan Cirebon-Semarang cukup lancar. Sampai di Semarang kira-kira pukul 8 malam. Dan aku mulai khawatir karena sepertinya aku sampai di rumah setelah sholat Id. Sesampainya di Semarang, di terminal lama, tanpa kesulitan aku dapat bis jurusan Surabaya. Aku pun cukup lega dan berharap masih ada bis jurusan Madura saat aku sampai di sana. Bis Semarang-Surabaya pun berangkat pukul 9an malam dan menurut kondektur akan nyampe di Surabaya pukul sekitar pukul 2 pagi. Benar saja, jam 2 pagi lebih bis nyampe di Surabaya.
“Madura, Madura, terakhir, terakhir,” teriak kondektur bis Madura di terminal Bungurasih Surabaya.

Aku pun lekas-lekas naik bis tersebut. Menurutku bis yang ku tumpangi akan nyampe di terminal Pamekasan kira-kira jam 6 pagi atau jam 7, lebih cepat dari biasanya, karena jalanan cukup lengang pada saat dini hari. Itu artinya aku bisa ikut sholat Id di Masjid deket terminal. Namun ternyata perkiraanku meleset lagi. Saat ku pijakkan kakiku di terminal Pamekasan, ku dengar sayup-sayup suara imam masjid sedang mengimami sholat Id.

“Gak sholat Id nih,” pikirku. Aku pun duduk istirahat menunggu jemputan datang.