Setelah beberapa kali merenungkan permasalahan tentang pepatah, aku mendapatkan dua kesimpulan bahwa pertama, pepatah bermasalah karena kalimat pepatah tersebut secara logika berlawanan dengan maksud dari pepatah itu sendiri. Untuk yang jenis ini, contoh-contohnya sudah aku sebutkan pada postingan sebelumnya. Kedua, karena pepatah tersebut dipatahkan oleh pepatah yang lain. Untuk kasus ini bisa dilihat dalam contoh pepatah (sebenarnya juga ada dalam postingan sebelumnya) yang mengatakan “Hiduplah seperti lilin, dia rela hancur demi menerangi sekitarnya” dan dipatahkan dengan pepatah lain yang mengatakan “Berkorbanlah, tapi jangan jadi korban!”
Dan ternyata pepatah yang bermasalah itu tidak hanya pepatah-pepatah Indonesia saja. Papatah bahasa Inggris juga bermasalah. Pepatah bermasalah tersebut aku temukan dari update-status temanku yang ternyata menganalisa permasalahan pepatah (ternyata aku ada temenya, hehe). Update-status itu berbunyi “Practice makes perfect. Nobody is perfect”. lalu ngapain harus “practice”?. Permasalahan pepatah ini bisa termasuk dalam kategori permasalahan pepatah yang kedua, yaitu pepatah satu dipatahkan oleh pepatah yang lain, tetapi juga bisa dimasukkan dalam kategori yang pertama. Sebenarnya, menurutku permasalahannya bukan di kata “practice” nya tapi pada kata “perfect”nya. Tujuan dari “practice”, jika dilihat lebih dalam bukan untuk menjadi “perfect” karena “perfectness” itu sendiri tidak ada, tetapi untuk menjadikannya “habit”. Nah, ketika hal yang di “practice” itu menjadi habit, maka kesalahan-kesalahan yang sering terjadi sebelum menjadi “habit” akan berkurang, bukan “no mistakes perfectly”.
0 komentar:
Post a Comment