"Entah disadari atau tidak, dirasa atau kau campakkan, cinta itu memang benar-benar ada," ungkapnya memulai percakapan. "Hanya saja kau tak mampu menangkapnya atau kau sengaja membiarkannya hilang ditelan oleh angkuhnya perasaanmu yang tak benar-benar mengerti apa itu cinta."
Mendengar ungkapan sahabatnya, Dia menunduk.
"Aku bukan tak mengerti cinta," Dia merespon, "bukan pula aku tak butuh cinta, tapi untuk macam ini, aku harus memikirkannya matang-matang. Ini bukan mainan, bukan pula adonan yang bisa aku aduk serupa mungkin."
"Tapi sikapmu seolah-oleh cinta bukan hal penting bagimu," sanggah sahabatnya.
"Nah, itu dia yang tak kau mengerti dariku," Sanggah Dia
"Kawan, aku sudah mengenalmu bertahun-tahun, berbagi rasa, canda tawa, ceria berduka, suka derita, lapar dahaga, kenyang bersama sudah kita lalui bersama, apa lagi yang harus aku sebutkan? Tapi ternyata kau belum juga menganggapku mengerti dirimu" sahabatnya memprotes.
"Bukan itu maksudku kawan. Tapi soal rasa, siapapun dia, hanya orang yang meresakan perasaan itulah yang benar-benar merasakannya. Ini soal rasa, rasa di hati bukan rasa di lidah. Tak mungkin satu rasa dirasakan oleh dua orang yang berbeda di saat yang bersamaan, kadarnya pasti berbeda. Di saat aku menangis, mungkin kau ikut menangis, tapi tangisanmu dan tangisannku disebabkan oleh dua alasan yang berbeda. Aku menangis karena aku mengalami sesuatu yang membuatku menangis, dan kau menangis, jika kau menangis, karena kau melihatku menangis. Jika aku bahagia, engkaupun mungkin ikut bahagia, bukan karena merasakan apa yang ku alami, tapi karena kau melihatku bahagia." jawab Dia panjang lebar.
Kedua-duanya terdiam lama.
Akhirnya, Dia berdiri. Sambil menarik nafas, Dia menatap kosong redup cahaya bulan yang tertutup awan tipis. Dan sang sahabat tetap duduk tanpa kata-kata.
"Kawan, terimakasih untuk semuanya. Bukan ku menganggap cinta itu tak ada, bukan pula ku menganggap dirimu jauh di sana, tapi ini rasa. Ya, rasa yang tak sesederhana jumlah katanya."
5 komentar:
"Rasa, yang tak sesederhana jumlah katanya"
Aku pun meRASAkannya jieb *self puk puk* :'(
Hehe... mau g mau rasa akan selalu dirasakan n g mudah dihilangkan, palagi dibuang n ditinggalkan (apa nih?)
exactly. We'll never experience something before we experience it. Even once.
Hmmm... Sory, Lina. I'm a little bit confused with your statement. Can you make it clearer for me?
hhahahha...
ka mujib nge galau yaaa..
#eeeeaaa
lucu ngeliat ka mujib nge galauuu...
hahahhahaha....
Post a Comment